Tak Berisik Saat Kalah, Tak Menyalahkan Siapa Pun: Atlet yang Tak Terlihat di SEA Games 2025
Cerita di Balik Kamera: Atlet Indonesia yang Tak Terpahat
SEA Games 2025 Thailand menyimpan banyak momen bersejarah, mulai dari medali emas, podium tertinggi, hingga lagu kebangsaan yang berkumandang. Namun, di balik sorotan kamera dan kegembiraan pemenang, ada kisah-kisah yang jarang terungkap. Mereka adalah atlet-atlet Indonesia yang pulang tanpa medali, bahkan tanpa kesempatan untuk meraih emas.
Tulisan ini bukan tentang ofisial tim atau strategi latihan, melainkan tentang perjuangan para atlet yang tak selalu mendapat pengakuan. Dalam olahraga, kalah adalah bagian dari proses, tetapi menerima kekalahan tidak selalu mudah. Banyak dari mereka telah mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan masa muda hanya untuk satu momen bernama pertandingan.
Kekecewaan yang Tertahan
Pada hari Kamis (18/12), di Hua Mark Velodrome, Bang Kapi, Bangkok, suasana sunyi terasa sangat tebal. Tim balap sepeda Indonesia gagal meraih emas dalam nomor men’s team pursuit. Masalah teknis di detik-detik awal lomba membuat tim didiskualifikasi. Dua pembalap mengalami kendala pada klip pedal, sehingga rencana bertahun-tahun terbuang percuma.
Salah satu atlet yang paling terlihat kekecewaannya adalah Juilan Abimanyu, atlet muda yang digadang-gadang menjadi masa depan balap sepeda Indonesia. Ini adalah debutnya di SEA Games, dan ia sangat berharap bisa membawa emas. Meski sebelumnya, catatan waktu Indonesia di atas kertas menunjukkan performa yang baik, kekalahan ini justru menjadi pelajaran berharga.
Emosi yang Tidak Selalu Terucap
Kekecewaan juga dirasakan oleh atlet kickboxing Indonesia, Andi Mesyara Jerni Maswara. Ia sempat meluapkan emosinya di media sosial karena merasa dicurangi, meskipun akhirnya memberikan klarifikasi. Emosi itu wajar, tetapi olahraga menuntut sportivitas dan penerimaan terhadap hasil, seberat apa pun rasanya.
Di cabang balap sepeda, Ayustina Delia Priatna memahami betul rasa kehilangan yang dirasakan rekan-rekannya. Ia meraih medali perunggu dalam nomor track scratch putri, tetapi tangisnya bukan hanya karena kekecewaan. Ayustina tahu betapa sulitnya berjuang keras namun hasil tak sesuai harapan. Ia memberi semangat kepada rekan-rekannya, bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju juara.
Perjuangan yang Tak Terlihat
Dari ring tinju, wajah Maikhel Roberrd Muskita tampak lesu setelah kalah dari petinju Filipina Eumir Felix Marcial. Ia merasa kecewa karena sudah banyak hal yang dikorbankan. Meski hanya selangkah lagi dari emas, ia tetap berjanji untuk bangkit dan menatap Asian Games 2026 serta Olimpiade Los Angeles 2028 sebagai tujuan berikutnya.
Banyak atlet lainnya yang merasakan hal serupa. Mereka tidak berisik ketika kalah, tidak mencari kambing hitam, dan tidak menyalahkan wasit atau keadaan. Mereka menerima dengan lapang dada, meski luka masih terasa. Dalam diam, mereka menata ulang mimpi.
Pelajaran dari Kekalahan
Olahraga bukan hanya tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah. Namun, itu tentang keberanian untuk bangkit setelah jatuh. Abimanyu masih muda, begitu pula pejuang-pejuang lain yang pulang tanpa emas. Kesempatan masih terbuka, jalan masih panjang.
Di balik podium dan sorotan kamera, ada kesatria-kesatria olahraga yang tetap berdiri tegak meski kalah. Mereka mungkin tak mendapat tepuk tangan meriah hari ini, tetapi dari merekalah lahir pelajaran paling penting dalam olahraga yakni keteguhan, kerendahan hati, dan keyakinan bahwa suatu hari, kerja keras akan menemukan jalannya sendiri.
Terima kasih untuk semua yang telah berjuang!
Tinggalkan Balasan