Guru Besar UI: MBG Tingkatkan Kualitas SDM Indonesia Sejak Dini
SMAN 9 Tangerang, JAKARTA – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah sejak 6 Januari 2025 kembali mendapat dukungan dari kalangan akademisi.
Program ini dinilai tidak hanya menutup kesenjangan akses pangan bagi anak-anak, tetapi juga membangun fondasi jangka panjang bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Penilaian ini disampaikan oleh Prof Sandra Fikawati, Guru Besar Departemen Gizi sekaligus Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI).
Ia menekankan bahwa ketertinggalan daya saing Indonesia selama ini tidak lepas dari minimnya perhatian pada asupan gizi anak di masa pertumbuhan. “Dulu pertumbuhan (anak-anak) tidak dipikirkan, makanya kita kurang kompetitif (sumber daya manusianya), karena saat perkembangan fisik dan otak kita tidak pernah diberikan makanan bergizi. MBG ini peluang besar, dengan program ini daya saing kita bisa lebih baik, karena SDM kita sejak kecil sudah dipupuk,” terangnya.
Prof Fika juga menegaskan manfaat program ini berdampak pada peningkatan daya belajar, pertumbuhan kognitif, dan kehadiran anak di sekolah, terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang selama ini akses ke makanan bergizi baik sangat terbatas.
Selain itu, ia mengajak semua pihak untuk mendukung program ini demi masa depan bangsa. “MBG ini kalau bisa jadi program yang berkelanjutan. Karena kalau program ini berhenti kita juga yang rugi. Oleh karena itu ini harus kita kawal,” tegasnya.
Hasil Penelitian PKGK FKM UI
Sebelumnya, PKGK FKM UI telah melakukan penelitian mandiri untuk mencari dampak pemberian makanan bergizi. Penelitian dilakukan sebelum MBG berjalan awal tahun ini.
Simulasi pemberian makanan bergizi ini diberikan kepada 15 sekolah setingkat TK-SMP dan 1 Posyandu di Kabupaten Bekasi, Makassar, Padang, Mempawah, Sragen, serta Malang.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan status gizi buruk dari 2% menjadi 0,5%, serta gizi kurang dari 7,7% menjadi 6,4%. Setelah 15 minggu intervensi, anak-anak juga mengalami peningkatan berat badan rata-rata 2 kg dan pertumbuhan tinggi badan rata-rata 2,9 cm.
Secara keseluruhan, angka pemenuhan gizi (AKG) harian meningkat signifikan dari 69,9 persen menjadi 93,4 persen.
Selain pemberian makanan bergizi, para siswa SD dalam penelitian ini juga diberi edukasi gizi. Dengan begitu pengetahuan, sikap, dan praktik siswa mengenai gizi seimbang juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pengembangan Edukasi Gizi
Ke depannya, program MBG pemerintah juga akan diperkuat dengan edukasi gizi yang kuat kepada penerima manfaatnya. Dari keterangan Prof. Fika, Badan Gizi Nasional (BGN) saat ini sedang menyusun modul edukasi gizi bersama lima perguruan tinggi ternama, salah satunya dengan UI.
“Edukasi untuk memperkuat program MBG sedang disusun modulnya oleh BGN. Hal ini perlu karena anak-anak juga butuh tahu manfaat makanan yang dibagikan di sekolah, begitu juga dengan orang tua murid juga harus tahu,” jelasnya.
Persiapan besar untuk memperkuat tenaga ahli gizi di Indonesia tengah dilakukan BGN dengan para akademisi dari berbagai perguruan tinggi negeri.
“Sekarang kita juga sedang persiapan untuk membuka sertifikasi nutrisionis. Nutrisionis ini sifatnya nanti selain memastikan keamanan pangan, asupan gizi, juga bisa promotif, mengedukasi manfaatnya pemenuhan gizi ke masyarakat. SPPG (Satuan Pelaksana Program Gizi) nantinya perlu nutrisionis ini,” katanya.
Tinggalkan Balasan